Hujan Pagi Ini

Standard

Menangislah tidak apa-apa

Karena hujan pagi ini akan menghapusnya

Kemudian bersama terangnya mentari,

Tersenyumlah…

Mari melangkah lagi, mencari sebuah pelangi harapan…

__________________________________________________________________________________________________________________

Pagi ini turun hujan,

Dalam diam aku menatapnya…

Riuh berisik dalam nada

Namun sunyi dalam makna

Bagaikan tikus kecil,

Kembali ku meringkuk ke dalam peraduanku

Review film PEREMPUAN TANAH JAHANAM

Standard

satu lagi karya joko anwar yg sarat akan ide-ide provokatif.
yg tampak jelas dalam film ini adalah ide tentang bahaya mob mentality, massa yg mudah dikendalikan oleh pemimpin korup dgn motif terselubung demi keuntungan sang pemimpin, disarukan seolah demi kebaikan masyarakat, berakibat penghancuran dan sampai memakan banyak korban jiwa. kita familiar dgn hal ini, seperti gerakan G30S yg memakan banyak nyawa.

ide kedua yg lebih penting, tapi lebih tersamar adalah bagaimana dosa orang tua akan diwariskan pada anak2nya, kejahatan yg dilakukan org tua akan lmenyengsarakan hidup si anak, baik berupa sebagai stigma anak org jahat, maupun keadaan hidup sebagai pariah dikucilkan dan tidak mendapat kesempatan dlm kehidupan karena stigma itu.

dan bagaimana orang tua seharusnya menjaga akhlak dan perbuatannya . karena kewajiban anak utk menjunjung dan menghormati orang tua, akan tetapi jika orang tuanya sudah berlaku sangat rendah, tidak ubahnya kotoran. maka sang anak seperti harus menyembah kotoran tsb dan sebagai akibatnya maka si anak itu sendiri akan ikut hancur dan bergelimang dalam kotoran.

bahwa kotoran sendiripun bisa berasal dari sesuatu yg suci, seperti lungsuran dari persembahan kpd Tuhan. akan tetapi setelah dimakan dan diproses oleh tubuh, dikeluarkan menjadi kotoran, tentu sudah tidak layak lagi dan tidak suci lagi.
maka sebagai org tua, kita wajib selalu berusaha melakukan karma baik agar dapat melapangkan jalan anak kita dlm kehidupan, dan juga agar pantas utk dijunjung dan dihormati oleh anak2 kita

Review film KNIVES OUT

Standard

Nilai : 82/100

wajib tonton bagi penggemar Agatha Christie.
kapan lagi melihat james bond (Daniel Craig) sebagai hercule poirot, lengkap dgn aksen aneh dan segala keeksentrikan yg terkesan inkompeten akan tetapi sebenarnya sangat jernih pikirannya dan sabar menanti kebenaran ditunjukkan padanya.
sebuah film yg menjungkirbalikkan pakem2 cerita misteri, dari Rian Johnson yg sudah menjungkirbalikkan star wars dgn film the last jedi-nya.

Demikian pula dalam film ini, Rian Johnson menjungkirbalikkan semua ekspektasi dari para penonton yang sudah familiar dengan genre film detektif.


brilliant, subversif dan insightful

apa yg bisa diajarkan pada orang yang merasa sudah sangat tinggi pengetahuannya?

Standard

semakin banyak kita belajar, semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang kita lupakan.
parahnya kadang kita melupakan prinsip2 dasar yg diajarkan saat kita kecil dulu. etika, kebenaran, moral, semuanya ilmu tingkat dasar, sejak kecil dulu sudah diajarkan… sudah lama sekali kita mempelajarinya, dan karena kita lama tidak mempraktekkannya, maka dasar2 ini yang kita lupakan.

Dalam agama Hindu, ada beberapa prinsip-prinsip dasar yang telah diajarkan sejak kita belajar mata pelajaran agama Hindu di tingkat sekolah dasar, diantaranya adalah :
karma pala, yaitu ajaran tentang hukum buah perbuatan. Ini adalah ajaran universal yang ilmiah, dikenal umum sebagai hukum sebab akibat, atau kausalitas, atau hukum aksi-reaksi. Dimana semua perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan ini, baik ataupun buruk, akan membuahkan hasil sesuai dengan perbuatan tersebut. Perbuatan baik akan menghasilkan buah yang baik, demikian pula perbuatan buruk akan menghasilkan perbuatan buruk. Suatu hal yang logis dan sesuai nalar. Hasil perbuatan akan kita terima cepat atau lambat. Pohon perbuatan itu akan berbuah. Kadang waktu untuk kita memetik buahnya akan sangat lama, sehingga kita seolah-olah tidak merasa sedang menanam pohon karma tersebut. Tapi suatu saat pasti akan kita terima juga, dan kita harus memetik hasil dari perbuatan kita nantinya.

Kemudian ada juga tat twam asi, yaitu yang arti harfiahnya adalah : itu adalah kamu. Dimana maksudnya bahwa semua mahluk adalah ciptaan-Nya, dan secara esensi semua mahluk adalah bagian dari Tuhan. Maka dari filosofi ini akan timbul pemaknaan seperti istilah Inggris : Do unto others, as you would do to yourself .

Maksudnya mengajarkan agar kita berpikir dan memandang semua mahluk sebagaimana kita memandang diri kita sendiri . Jangan memperlakukan mahluk lain dengan semena-mena, karena kita juga tidak mau diperlakukan dengan semena-mena. Bertindaklah terhadap orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dari sini akan menimbulkan cinta kasih pada semua mahluk dan menghargai dan menghormati semua mahluk, karena semua adalah ciptaan Tuhan. Tentu kita tidak mau menyakiti ciptaan Tuhan yang kita puja, dan tentu Tuhan sebagai Maha Pencipta juga ingin kita menghargai dan menghormati ciptaan-Nya, sebagaimana Tuhan juga menghargai dan menyayangi kita sebagai umat-Nya.

Kemudian ada juga ajaran satya wacana, yaitu ajaran agar kita berbuat setia pada perkataan kita, berkata jujur dan benar. Konsisten dan konsekuen. Apa yang kita katakan adalah hukum bagi diri kita, jangan kita mengingkarinya di kemudian hari. Contoh utama dari Satya wacana adalah tokoh Yudistira dari Panca Pandawa.

semuanya pelajaran tersebut adalah dasar utama yang sudah diajarkan saat di sekolah dasar , tapi karena sudah lama sekali kita mempelajarinya, maka wajar kebanyakan orang sudah melupakannya. Dimana semua dasar tersebut malah kita lupakan di saat makin banyak ilmu lain yang kita ketahui.

Maka demikianlah orang-orang yang merasa sudah tinggi pengetahuannya akan mengabaikan ajaran-ajaran kebaikan dasar.

Padahal tanpa dasar kebaikan sebagai pondasi yang kokoh, yang kita pegang teguh, setinggi apapun bangunan yang kita buat, semegah apapun tampaknya dari luar orang memandangnya, maka sebenarnya bangunan tersebut akan sangat mudah roboh dan hancur jika suatu saat kehidupan memberikan cobaan ataupun guncangan terhadap bangunan ilmu kehidupan yang kita dirikan tersebut. Karenanya tidak heran jika banyak orang yang merasa sudah berhasil membangun gedung megah kehidupan , yang berkilau dan menakjubkan bagi orang yang memandangnya, akan tetapi suatu saat orang tersebut akan jatuh terpuruk dan kehilangan semuanya, terutama kehilangan rasa hormat dan kekaguman dari masyarakat.

Demikianlah yang harus disadari, saat kita sudah merasa hebat, berilmu tinggi dan terhormat, mari kita lihat dalam diri, apakah dasar dari bangunan kehidupan kita masih kokoh dan teguh dalam melaksanakan prinsip-prinsip dasar, prinsip utama kehidupan.

An original is worth more than a copy

Standard

Kalau Om Iwan punya Manusia Setengah Dewa dan Raditya Dika punya Manusia Setengah Salmon, maka inilah kisah Sang Manusia Setengah Asli (KW)
Tersenyum dalam dusta

Membelai dengan belati

Bertajuk suci namun tiada berhati
Mengasihi dengan benci
Mencintai dengan emosi

Membalut sayang ke dasar jurang
Kegelapan adalah harapan baginya

Kesepian adalah kawan baginya

Kehancuran adalah jalan baginya

Maka…

Tiada pernahlah dia mengenal bahagia

Tiada tenanglah dia mengecap kasih

Tiada syukurlah atas segala rahmatNya.. 

The Choice Is Yours

Standard

image

Krisna telah berkata akan menyelamatkan Drona dan juga Drupada dari segala akibat perselisihan dan dendam mereka asalkan Drupada bersedia meninggalkan jalan yang dia pilih, menerima perdamaian Drona, dan segera beralih ke jalan kebenaran dalam bimbinganNya. Namun Drupada yang telah dibutakan oleh ambisi serta dendamnya dengan keras kepalanya tetap tidak bergeming, bahkan menyatakan siap untuk melawan Krisna. Hal ini tentu saja tidak bisa dibiarkan, Krisna telah memutuskan bahwa dengan pilihan yang dibuat Drupada, maka Krisna juga memutuskan untuk menghukum Drupada.
Apa yang bisa dilihat dari keadaan ini? Bahwa kita manusia diberi kehendak bebas untuk menentukan apapun jalan yang kita pilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemikiran kita. Namun ada satu hal yang tidak bisa kita abaikan bahwa dibalik kehendak bebas yang kita miliki, Tuhan juga memiliki kuasa untuk menghakimi segala tindakan yang kita pilih atas kehendak tersebut.
Maka tentukanlah pilihanmu.
(Sumber gambar: google image)

Transformasi Emosi Arjuna

Standard

image
(Sumber: google image)

Menghadapi seseorang yang jahat/licik/culas memang sangat menyebalkan dan melelahkan. Maka dari itulah, pelajaran pertama Arjuna telah ditetapkan, yakni menjaga emosi, jangan sampai terpancing sentilan-sentilan dari Duryodana/Sangkuni. Karena memang Duryodana/Sangkuni sangat ahli dalam mempermainkan emosi seseorang.
Pelajaran kedua Arjuna adalah harus waspada dan pandai menempatkan posisi. Jangan sampai kesempatan yang malah menjatuhkan kita. Apabila hadir dalam sebuah acara perjamuan, sebaiknya posisikanlah diri sebagai seorang pangeran dengan baik. Tahan dulu keinginan untuk menunjukkan bakat seni di ajang yang lebih pas.
Itulah kenapa kebaikan harus bersifat lebih fleksibel dan cerdik, karena kejahatan sangatlah lihai. Jangan sampai kita terkecoh.
Saat Karna dan Duryodana protes keras kepada Krisna, karena dianggap membantu Arjuna menerapkan trik curang yang melanggar kode etik darma ksatria untuk mengalahkannya, dengan tegas Krisna mengatakan “Kenapa kalian senang sekali mengungkit-ungkit masalah darma ksatria ketika posisi sedang terpojok. Dimana darma ksatria kalian saat mengeroyok Abimanyu, saat menelanjangi Drupadi?”
Bila kebaikan sifatnya kaku, maka apakah kebenaran dapat ditegakkan?
Demikianlah bahwa kebenaran itu merupakan hal yang mutlak, namun dalam mewujudkannya diperlukan jalan yang sangat fleksibel, cerdas, cerdik, penuh inovasi, dan kewaspadaan.

Murid Utama

Standard

image

(Sumber gambar: google image)

Arjuna seperti halnya Hanuman, keduanya merupakan kesayangan Krsna/Rama Yang Agung. Ketekunan mereka menjalankan apa yang diwejangkan oleh Krsna/Rama tidak perlu disangsikan lagi. Demikian pula bhakti mereka kepada orang tua, guru, maupun Krsna/Rama itu sendiri.
Arjuna selalu fokus mengikuti instruksi dari Ibu Kunti maupun Guru Drona. Saat sang guru memerintahkannya untuk memanah mata dari burung kayu saat latihan, maka tidak seperti yang lain, Arjuna hanya fokus pada mata burung tersebut sesuai dengan instruksi. Sehingga dikemudian hari Arjuna bisa tampil menjadi seorang pemanah hebat.
Bahkan Arjuna tidak akan pernah diam mengetahui kegalauan hati sang guru Drona akan dendamnya thd Raja Drupada.
Sama halnya pada saat Ibu Kunti menyarankan untuk membagi kepada ke lima saudaranya, apapun yang didapat dari hasil kerja Arjuna pada hari Arjuna memenangkan Drupadi. Tanpa mempertanyakan lebih lanjut, Arjuna melaksanakan perintah tersebut.
Tidak hanya bhakti, Arjuna pun penuh dengan rasa sayang dan kepercayaan terhadap gurunya. Apapun yang diajarkan akan dipelajari dengan baik.
Arjuna juga merupakan sosok yang tekun dan rajin, bagaimana dia mengasah kemampuan memanahnya, bagaimana dia khusuk dengan tapanya sehingga diberkati Gandiwa, sangat cukup memberikan alasan atas keberhasilannya menjadi pemanah terbaik.
Atas ketekunan, bhakti, dan rasa kasihnya inilah Krsna Yang Agung sangat menyayangi Krsna, dan menjadikan Arjuna sebagai muridnya langsung. 

Narayana Ada Di Pihak Pandawa

Standard

image

Telah dikatakan dengan jelas bahwa, kemenangan adalah milik Pandawa, karena Pandawa dilindungi oleh Narayana itu sendiri.
Narayana adalah Tuhan Yang Maha Agung, Tuhan adalah kebenaran yang mutlak, lalu apa yang perlu diragukan lagi? Kenapa harus mengangkat senjata dan berperang melawan Tuhan itu sendiri?
Sudah jelas dan sudah dipastikan bahwa siapapun lawan Pandawa adalah salah, baik Bisma, Karna, maupun Drona, tidak peduli apapun alasannya. Keteguhan hati? Keteguhan hati untuk membela siapa? Bangsa Kuru? Rakyat? atau Kurawa?
Apakah rakyat sejahtera dengan adanya perang saudara ini? Apakah bangsa Kuru terjamin kelangsungannya dengan perang ini? Apakah itu bentuk pemerintahan yang bijaksan?
Sikap yang diperlukan disini adalah kebijaksanaan Widura. Widura adalah seorang yang sangat luwes dengan dasar pengetahuan tentang kebenaran yang kuat. Ingat ketika Bisma pernah mengungkapkan bahwa ‘hal yang terpenting adalah kebahagiaan anak-anak’ kemudian Drestarata dengan bangganya mengiyakan dan menuntut penobatan Duryodana sebagai putra mahkota dengan segera. Hal tersebut segera diluruskan oleh Widura dengan mengatakan bahwa ‘anak-anak dari seorang raja adalah rakyat’.
Kebenaran itu adalah mutlak, namun tujuan inilah yang harus dicapai dengan jalan yang luwes, fleksibel, tidak kaku. Jalan yang harus ditempuh harus benar-benar disesuaikan dengan perkembangan jaman dan dasar yang kuat tentang pengetahuan tentang kebenaran. Jangan sampai kekakuan akan tradisi lama membuat kita salah mengambil langkah, membuat keblinger, dan akhirnya menyisakan kekacauan yang harus dirasakan sekian lamanya, sampai-sampai Narayana itu sendiri harus turun untuk membereskannya.
Tugas dari orang tua memang berkorban untuk anaknya, tugas anak adalah melanjutkan keturunan dan berusaha memiliki generasi yang lebih baik dari dirinya. Lalu kenapa harus mengangkat sumpah yang nantinya akan merugikan rakyat hanya demi menghentikan pengorbanan yang memang sudah selayaknya dilakukan oleh orang tua?
Keputusan yang tidak kaku dan bisa disesuaikan oleh jaman seharusnya bisa diambil jauh sebelum kurusetra itu terjadi. Bila saja Sangkuni dipulangkan dengan segera, bila saja Karna dirangkul dan dibina lebih awal (apa salahnya membina seorang anak kusir kalau memang dia lebih kompeten dari sekian prajurit dinasti Kuru, dan apakah mata seorang Bisma tidak bisa menyadari bahwa dia adalah putra Sang Surya?), dan bila saja permainan dadu itu dihentikan.
Tapi demikianlah “sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya”. Hal ini merupakan bahan pikiran bagi kita.

Orang Jahat Tidak Mengerti Akan Sebuah Hal

Standard

image

(Sumber gambar: sunshinelovianettesherry.wordpress.com)

Usai menyaksikan Mahabaratha, terngiang ucapan Sangkuni yang sama sekali tidak saya mengerti “Yudistira memilih jalan kebenaran dan jalan itu sangatlah sulit.” (sambil cekikikan).
Hal itu saya ungkapkan pada suami yang sedang sibuk bekerja. Diapun menghentikan kesibukannya, memandang saya sambil tersenyum dan memaparkan:
Ada satu hal yang pasti tidak diketahui oleh orang jahat, yaitu bahwa: ‘Tuhan itu adil‘.
Sementara orang baik selalu percaya bahwa Tuhan itu adil, maka dia tidak punya kegelisahan/kegundahan dalam setiap langkahnya. Dia akan melangkah dengan tenang.
Jika kamu mempertanyakan saat Duryodana yang jahat diberi kesempatan untuk memimpin tahta, apakah itu suatu bentuk keadilan?
Ya, dia diberikan kesempatan untuk merasakan tahta namun sepanjang itu (bahkan sejak kecil) dia juga diliputi perasaan gelisah, tidak tenang, rasa iri dan dengki. Apakah itu menyenangkan/apakah itu membahagiakan?
Sebaliknya Yudistira yang pada akhirnya mendapatkan tahtanya dg jalan yang baik, bisa memerintah sepanjang sisa hidupnya sebelum menyerahkan tahta kepada penerusnya dengan tenang dan mampu fokus memikirkan kesejahteraan rakyatnya.