Bisma Sudah Terlalu Tua Bagi Dinasti Kuru

Standard

image

Kekuatan dan kegagahan Bisma memang sudah tidak diragukan lagi, apalagi kesetiaannya terhadap keberadaan Bangsa Kuru dan juga pemenuhan sumpahnya. Ketaatan Bisma akan hukum negara hampir tiada cela, namun seiring berkembangnya jaman dan juga bertambahnya usia Bisma (terlahir sebagai anak Raja Sentanu, hidup pada generasi Wicitrawirya, Pandu, Pandawa, sampai anak-anak Pandawa), beberapa pemikiran-pemikiran Bisma sebenarnya sudah tidak relevan lagi. Seperti pendiaman Sangkuni, perlakuan terhadap Karna, dan nantinya reaksinya terhadap tragedi Drupadi.
Sebuah tindakan pembaharuan bisa saja dilakukan Bisma dengan segera, untuk menyelamatkan Bangsa Kuru, namun Bisma justru memilih diam. Karna (terlepas dari status sosialnya) seharusnya bisa menjadi prajurit hebat dibawah asuhan Bisma. Sangkuni seharusnya sudah sejak dulu di pulangkan ke Gandara. Dan yang paling menyedihkan, Bisma seharusnya bisa melindungi martabat seorang wanita (baca: Drupadi) dengan menghentikan permainan dadu konyol tersebut.
Namun apa yang mereka (khususnya Bisma) lakukan, hanya diam dalam kecamuk hati yang tiada akhir.
Itulah kenapa saya katakan ‘Bisma sudah terlalu tua untuk peradaban dinasti Kuru’, Bisma sudah terlalu lelah, dan memang waktu Bisma dalam menjalani kutukannya hidup sebagai manusia sudah hampir habis.

Kelahiran Kurawa

Standard

image

(Sumber gambar: pangeran229.wordpress.com)

Kelahiran Kurawa sudah diramalkan oleh Widura dan ahli-ahli agama Hastinapura bahwa nantinya akan membawa petaka bagi Hastinapura. Dan sebenarnya bila ditelaah, apakah kelahiran tersebut direstui, mengingat lamanya proses kehamilan dan kelahiran tersebut hanya berupa daging saja, bahkan Widura sendiri telah menyarankan untuk mengorbankan anak tersebut.
Namun demikian seperti yang telah diucapkan Bisma, harus dimengerti pula bagaimana perasaan seorang ayah (Drestarata) yang harus menerima dan memilih antara membesarkan anaknya atau mengorbankannya demi kepentingan dan keselamatan negara di masa depan. Drestarata yang pada akhirnya memilih rasa sayang kepada anaknya mengabaikan hal tersebut,  dan tetap membesarkan Kurawa dengan jalan memanjakannya.
Drestarata telah memilih untuk memelihara anak-anaknya mengabaikan keselamatan Hastinapura.
Seharusnya Drestarata mengimbangi kebijakan yang telah diambilnya dengan mendidik Kurawa sebaik mungkin berdasarkan Darma dalam usaha meminimalisir ancaman di masa depan menjadi kenyataan. Yang terjadi justru sebaliknya Drestarata mempercayakan Kurawa dalam asuhan Sangkuni yang senantiasa menanamkan kebencian akan Pandawa. Drestarasta pun senantiasa memberikan apa yang mereka inginkan, termasuk tahta Hastinapura yang mana jauh sebelumnya sudah di iklaskan olehnya kepada Yudistira sebagai anak tertua dari Bangsa Kuru.
Drestarasta terjebak oleh kasih sayangnya terhadap Kurawa, lepas dari ajaran Darma itu sendiri. Hal ini terjadi akibat kelabilan emosi dari Drestarata sendiri, karena sejak kecil telah terbiasa  mengasihani diri dan menanamkan rasa ketidak adilan dunia kepada dirinya, akibat dari kebutaannya, seorang istri yang dirasa menghinanya, hingga posisi anak tertua namun tidak bisa menjadi raja akibat dari keadaan fisiknya.

Mahabaratha Lama Vs Baru

Standard

image
(Sumber gambar: sunshinelovianettesherry.wordpress.com)

Banyak yg mengatakan serial Mahabaratha yg dulu lebih bagus daripada yg sekarang, tapi sy justru lebih memilih yg sekarang, karena penggambaran kisahnya lebih berani, tegas, dan lebih memberikan pejelasan bahwa semua tindakan dan kejadian memang ada alasannya. Jadi perang Kurusetra itu tidak ujug-ujug terjadi begitu saja.
Tokoh2nya pun lebih ekspresif, misal tindakan Sangkuni yg meskipun dasarnya memang licik, tapi dia memiliki alasan yg kuat dlm mendukung dan mengawal adiknya serta keturunannya menjadi seorang ratu/raja. Kemudian ada juga Pandu yang memiliki sifat tidak menyukai konflik, shg apapun itu dia selalu mencari tindakan aman, padahal yg perlu disadari konflik itu pasti ada kita tidak bisa selamanya menghindar dlm sikap ‘gabeng’.
Jadi dari potongan-potongan kisah ini, nantinya akan menggambarkan secara utuh bagaimana perang kurusetra tsb terjadi, dan hal tsb tentunya akan lebih mampu memberikan pelajaran lengkap akan sebuah kehidupan, tidak hanya sekedar tahu bahwa Kaurawa itu jahat atau Pandawa itu baik. Pada akhirnya kita bisa menyerap lebih banyak dan memandang sebuah masalah dalam kehidupan dengan lebih bijaksana.