semakin banyak kita belajar, semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang kita lupakan.
parahnya kadang kita melupakan prinsip2 dasar yg diajarkan saat kita kecil dulu. etika, kebenaran, moral, semuanya ilmu tingkat dasar, sejak kecil dulu sudah diajarkan… sudah lama sekali kita mempelajarinya, dan karena kita lama tidak mempraktekkannya, maka dasar2 ini yang kita lupakan.
Dalam agama Hindu, ada beberapa prinsip-prinsip dasar yang telah diajarkan sejak kita belajar mata pelajaran agama Hindu di tingkat sekolah dasar, diantaranya adalah :
karma pala, yaitu ajaran tentang hukum buah perbuatan. Ini adalah ajaran universal yang ilmiah, dikenal umum sebagai hukum sebab akibat, atau kausalitas, atau hukum aksi-reaksi. Dimana semua perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan ini, baik ataupun buruk, akan membuahkan hasil sesuai dengan perbuatan tersebut. Perbuatan baik akan menghasilkan buah yang baik, demikian pula perbuatan buruk akan menghasilkan perbuatan buruk. Suatu hal yang logis dan sesuai nalar. Hasil perbuatan akan kita terima cepat atau lambat. Pohon perbuatan itu akan berbuah. Kadang waktu untuk kita memetik buahnya akan sangat lama, sehingga kita seolah-olah tidak merasa sedang menanam pohon karma tersebut. Tapi suatu saat pasti akan kita terima juga, dan kita harus memetik hasil dari perbuatan kita nantinya.
Kemudian ada juga tat twam asi, yaitu yang arti harfiahnya adalah : itu adalah kamu. Dimana maksudnya bahwa semua mahluk adalah ciptaan-Nya, dan secara esensi semua mahluk adalah bagian dari Tuhan. Maka dari filosofi ini akan timbul pemaknaan seperti istilah Inggris : Do unto others, as you would do to yourself .
Maksudnya mengajarkan agar kita berpikir dan memandang semua mahluk sebagaimana kita memandang diri kita sendiri . Jangan memperlakukan mahluk lain dengan semena-mena, karena kita juga tidak mau diperlakukan dengan semena-mena. Bertindaklah terhadap orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dari sini akan menimbulkan cinta kasih pada semua mahluk dan menghargai dan menghormati semua mahluk, karena semua adalah ciptaan Tuhan. Tentu kita tidak mau menyakiti ciptaan Tuhan yang kita puja, dan tentu Tuhan sebagai Maha Pencipta juga ingin kita menghargai dan menghormati ciptaan-Nya, sebagaimana Tuhan juga menghargai dan menyayangi kita sebagai umat-Nya.
Kemudian ada juga ajaran satya wacana, yaitu ajaran agar kita berbuat setia pada perkataan kita, berkata jujur dan benar. Konsisten dan konsekuen. Apa yang kita katakan adalah hukum bagi diri kita, jangan kita mengingkarinya di kemudian hari. Contoh utama dari Satya wacana adalah tokoh Yudistira dari Panca Pandawa.
semuanya pelajaran tersebut adalah dasar utama yang sudah diajarkan saat di sekolah dasar , tapi karena sudah lama sekali kita mempelajarinya, maka wajar kebanyakan orang sudah melupakannya. Dimana semua dasar tersebut malah kita lupakan di saat makin banyak ilmu lain yang kita ketahui.
Maka demikianlah orang-orang yang merasa sudah tinggi pengetahuannya akan mengabaikan ajaran-ajaran kebaikan dasar.
Padahal tanpa dasar kebaikan sebagai pondasi yang kokoh, yang kita pegang teguh, setinggi apapun bangunan yang kita buat, semegah apapun tampaknya dari luar orang memandangnya, maka sebenarnya bangunan tersebut akan sangat mudah roboh dan hancur jika suatu saat kehidupan memberikan cobaan ataupun guncangan terhadap bangunan ilmu kehidupan yang kita dirikan tersebut. Karenanya tidak heran jika banyak orang yang merasa sudah berhasil membangun gedung megah kehidupan , yang berkilau dan menakjubkan bagi orang yang memandangnya, akan tetapi suatu saat orang tersebut akan jatuh terpuruk dan kehilangan semuanya, terutama kehilangan rasa hormat dan kekaguman dari masyarakat.
Demikianlah yang harus disadari, saat kita sudah merasa hebat, berilmu tinggi dan terhormat, mari kita lihat dalam diri, apakah dasar dari bangunan kehidupan kita masih kokoh dan teguh dalam melaksanakan prinsip-prinsip dasar, prinsip utama kehidupan.